Sabtu, 26 Januari 2013

Bahaya Memakai Lensa Kontak

Bahaya Memakai Lensa Kontak LensSURABAYA POST - Mulai dari risiko yang ringan seperti iritasi hingga risiko yang sangat fatal, yaitu kebutaan. Pada pemakaian lensa kontak di tahun ketiga, gangguan dan keluhan biasanya mulai muncul. Penelitian ilmuwan dari University Institute of Tropical Diseases and Public Health Canary Islands, University of La Laguna baru-baru ini terhadap 153 kasus lensa kontak, sebanyak 90 kasus di antaranya tidak mengalami gejala infeksi. 

Walaupun tidak terdapat gejala infeksi, ternyata sebanyak 65,9% lensa terkontaminasi dengan pathogenic acanthamoeba dan 30% amuba ditemukan sangat patogen. Acanthamoeba merupakan tipe protozoa yang banyak ditemukan di tanah dan juga sering ditemui di air bersih. Spesies ini kebanyakan memakan bakteri yang bisa menyebabkan infeksi pada manusia.

Tak hanya di dunia, kasus gangguan mata akibat penggunaan lensa kontak di Indonesia juga mulai muncul. Salah satu dokter spesialis mata dari Graha Amerta RSUD dr Soetomo, dr Hendrian D. Soebagyo, Spm mengaku khusus untuk pasien yang ditanganinya, sedikitnya terdapat 50% pasien yang mengalami gangguan mata karena lensa kontaknya terkontaminasi oleh amuba. Sedang 1% pasien mengalami gangguan berat hingga menyebabkan kebutaan permanen. 

”Ada tiga pasien yang saya tangani mengalami kebutaan karena penggunaan kontak lensa yang kurang tepat,” kata dr Hendrian yang juga berpraktik di RS Siloam Surabaya ini. 

Masih menurut Hendrian, meskipun tidak ada data pasti tentang berapa jumlah pasien yang mengalami gangguan akibat penggunaan lensa kontak, jumlah kasus tersebut terus bertambah. 

”Kasus keluhan yang paling banyak adalah iritasi  mata akibat ketidaktahuan pasien dalam menggunakan lensa kontak dengan benar dan pengetahuan seputar merawat lensa kontak tersebut,” paparnya. 

Hendrian menjelaskan memang kasus iritasi ringan bisa disembuhkan secara total. Namun, tidak sedikit kasus infeksi karena penggunaan lensa kontak meninggalkan sikatrik atau bekas luka di kornea. Untuk sikatrik ringan berbentuk nebula, untuk sedang berbentuk makula, sedangkan sikatrik berat berbentuk lecoma dan sudah menganggu penglihatan pasien. Selain itu bentuk lecoma juga terlihat jelas oleh mata karena tebal dan sangat menganggu penglihatan pasien, bahkan bisa mengakibatkan kebutaan. 

Efek lain penggunaan lensa kontak dekoratif, sambung Hendrian, adalah konjungtivitis atau peradangan pada selaput lendir, alergi, pembengkakan, dan kerusakan kornea mata. Hal ini memicu turunnya penglihatan, dan membuat mata lebih sensitif terhadap cahaya.

”Bila infeksi sudah menyebabkan kebutaan, tidak ada obat atau operasi yang bisa dilakukan kecuali kratoplasti atau pencangkokan kornea,” tegasnya. Untuk melakukan kratoplasti, urai Hendrian tidak mudah, karena untuk menunggu pendonor kornea juga membutuhkan waktu. 

Selain itu, meskipun operasi pencangkokan kornea berjalan lancar, tetap ada risiko penolakan tubuh terhadap kornea tersebut.  ”Kebanyakan pasien menggunakan lensa kontak hanya untuk kosmetik saja, mereka tidak memikirkan resikonya” ungkapnya.

Hendrian menyarankan bagi calon pengguna lensa kontak sebaiknya memperhatikan beberapa hal. Seperti menimbang apakah penggunaan lensa kontak memiliki banyak keuntungan daripada kerugiannya. Apakah dirinya memiliki riwayat alergi, lingkup kerja apakah bersentuhan dengan debu atau tidak. Meskipun bekerja di dalam ruangan, bila pasien tersebut selalu terpapar banyak debu lebih baik tidak menggunakan lensa kontak. 

Selain itu, perhatikan pula faktor usia. Hendrian menambahkan sebaiknya pada anak-anak, manula, dan penderita degradasi mental sebaiknya tidak perlu menggunakan lensa kontak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar